Semua anggota keluarga sangat kaget saat mendengar ucapan Ibu Seung Jo yang bilang bahwa Rabu depan akan di adakan pernikahan Seung Jo dan Ha Ni. Seung Jo kesal dan berkata, “Ibu berhentilah mengatur semuanya sesuai dengan yang ibu inginkan.” Ibu Seung Jo berkata, “Omo mengatur apa? Bukankah kau yang bilang ingin menikah?” Seung Jo menjawab, “Aku bilang setelah lulus.” Ibu Seung Jo berkata, “Kapan itu? Kau nanti harus bekerja, kemudian melakukan wajib militer. Jadi untuk apa menundanya? Bukankah lebih baik lebih cepat? Lakukanlah selagi Ha Ni sangat cantik.”
Bapa Seung Jo dan Eun Jo ingin berkomentar namun Ibu Seung Jo langsung berkata, “Hentikan! Pokoknya kosongkan jadwal kalian pada hari rabu depan! Apa kalian tidak tahu betapa sulitnya mencari reservasi gedung untuk pernikahan? Pada rabu depan kosongkan jadwal kalian semua dan ayo saling membantu.” Ibu Seung Jo langsung pergi dan tidak menerima komentar apapun. Sementara itu Ha Ni terlihat tersenyum senang.
Papah Ha Ni belum tidur dan sedang duduk di teras luar. Ibu Seung Jo menghampirinya dan bertanya, “Ada apa? Apa aku berlebihan dengan melakukan hal ini? Aku hanya berfikiran bahwa mereka akan lebih baik jika langsung menikah karena kita sudah tinggal bersama-sama.” Papah berkomentar, “Ah ya aku mengerti. Tapi ya sejujurnya ini sedikit menggangguku. Tapi terima kasih untuk semuanya.” Ibu Seung Jo bertanya, “Tapi kenapa ekspresimu seperti yang tidak senang?” Papah menjawab, “Ah tidak. Aku hanya bingung dengan apa yang harus kupersiapkan.” Ibu Seung Jo berkata, “Apa yang perlu disiapkan? Sudah tenang saja. Semuanya sudah di persiapkan bahkan gedung pernikahan pun sudah aku sewa. Kita hanya memerlukan gaun dan cincin saja.”
Ha Ni memberi tahu rencana pernikahannya dan tentu saja Joo Ri dan Min Ah kaget mendengar hal itu. Joo Ri bertanya dengan berbisik, “Apakah kalian mengalami suatu kecelakaan?” Ha Ni kesal dan berkata, “Tentu saja tidak!”
Joo Ri melihat Joon Gu yang sedang memasak di dapur lalu dia bertanya, “Hmm apa Bong Joon Gu tau?” Ha Ni menjawab, “Ya. Papah memberi tahu padanya.” Min Ah berkomentar, “Pantas saja dia terlihat lesu. Bahkan dia tidak menyadari kehadiran kita.” Joo Ri lalu bertanya, “Ah apa kau sudah mempersiapkan gaun pengantinmu? Bagaimana dengan cincin pernikahanmu?” Ha Ni menjawab, “Aku akan mempersiapkannya hari ini. Benar-benar sibuk sekali kau hari ini.”
Ada seorang tamu asing yang masuk kedalam restaurant Papah dan itu membuat pelayan kebingungan dan langsung memanggil Papah. Ha Ni dan teman-temannya kebingungan dan memilih untuk tetap makan saja. Papah tidak mengerti apa yang harus di katakan pada orang asing itu sehingga dia hanya bisa berkata, “Hi. Thank You.” Papah lalu meminta bantuan Ha Ni karena Ha Ni adalah seorang mahasiswa dan Ha Ni pasti bisa berbahasa Inggris.
Ha Ni kebingungan dan berkata, “Hi. How are you?” Orang asing itu menjawab, “Hi. Aku… Aku ingin makan mie. Tolong berikan aku mie.” Semuanya kaget mendengar itu karena ternyata orang asing itu bisa berbahasa korea dengan fasih. Papah keheranan dan berkata, “Ah ternyata dia bisa berbahasa Korea dengan baik.”
Papah menyediakan Mie untuk orang asing itu dan orang asing itu menikmatinya dan bertanya banyak hal mengenai mie korea. Min Ah bertanya, “Tapi bagaimana bisa kau berbahasa Korea dengan fasih?” Orang asing itu menjawab, “Ibuku orang Korea dan Papahku orang Inggris. Aku datang kemari untuk melihat kampung halaman ibuku dan aku disini hanya 10 hari.”
Orang asing itu menyicipi Kimchi mentimun dan bilang bahwa kimchi itu sangat enak. Papah berkata, “Ah pria itu yang membuat kimchi enak ini.” Pria yang di maksud Papah itu adalah Joon Gu yang hanya bisa mengangguk di dapur dan melanjutkan memasak. Papah berkomentar, “Ah pria itu dari Busan jadi ya sedikit kaku.” Orang asing itu hanya bisa berkata, “Ah yeah….”
Ha Ni dan Seung Jo datang ke toko cincin dan mencari cincin untuk acara pernikahan mereka. Ha Ni memilih cincin namun Seung Jo selalu menolak cincin pilihan Ha Ni. Ha Ni kesal dan berkata, “Kalau begitu kau saja yang memilihnya.” Seung Jo bertanya, “Haruskah kita membeli cincin?” Ha Ni menjawab, “Tentu saja! Cincin itu adalah simbol dari cinta.” Seung Jo berkomentar, “Simbol cinta? Bagaimana bisa benda yang materialistis ini di sebut simbol cinta?Aku tidak akan membelinya!” Ha Ni mencegah Seung Jo dan berkata, “Kau harus membelinya! Ini sebagai tanda bahwa kau adalah laki-laki yang sudah menikah!” Seung Jo bertanya, “Jadi ini bukan simbol cinta, melainkan simbol pengikat?”
Seung Jo langsung pergi dari toko cincin itu meninggalkan Ha Ni yang masih melihat-lihat cincin. ha Ni kesal dan dia mersa cemburu saat melihat ada pasangan yang sedang membeli cincin pasangan juga.
Ha Ni menarik Seung Jo menuju Butik Baju Pengantik. Seung Jo berkomentar, “Untuk apa membeli gaun ini jika kau hanya memakainya satu kali? Aku sudah memiliki jas ini.” Ha Ni merangkul tangan Seung Jo dan berkata, “Ayo masuklah aku ingin melihat-lihat gaun pengantin itu.” Seung Jo berkata, “Kalau begitu masuklah. Aku akan pergi ke suatu tempat dan menunggu.”
Seung Jo berjalan pergi dan Ha Ni mengejarnya lalu berkata, “Ah baiklah kalau begitu kita sekarang pergi ke studio photo saja.” Seung Jo bertanya, “Studio? Untuk apa?” Ha Ni menjawab, “Hmm untuk photo album.” Seung Jo berkomentar, “Tidak mau! Aku tidak mau di foto seperti itu, ‘Suami tolong lihat kemari, istri tolong lebih mendekat.’ Apa kau ingin aku melakukan hal bodoh itu? Tidak akan!”
Ha Ni kesal dan berkata, “Ini tidak adil! Kau menolak cincin, menolak gaun, dan sekarang kau menolak pemotretan? Jika kau tidang ingin melakukannya lalu kenapa kau pergi keluar bersamaku?” Seung Jo menjawab, “Apa kau pikir aku keluar karena keinginanku? Aku kemari hanya karena kalian menginginkannya.” Ha Ni berkata, “Karena sudah terlanjut keluar lalu kenapa kau tidak membantu saja hah? Kau hanya bisa mengeluh dan menolak ini itu!” Banyak orang yang lewat dan memperhatikan mereka. Seung Jo berkata, “Kenapa kau berkata seperti ini di jalan hah? Ini memalukan!” Ha Ni berkomentar, “Memalukan? Aku juga malu! Menurutmu bagaimana pikiran orang di toko cincin tadi hah? Kenapa aku harus selalu mengikuti keinginanmu?”
Seung Jo berkata, “Kalau begitu tidak usah beli!” Ha Ni kesal dan balas berkata, “Lalu bagaimana kita bisa saling mengikat hah?” Seung Jo berkomentar, “Huh sekarang aku mengerti kenapa banyak pasangan yang berpisah sebelum mereka menikah.” Seung Jo berjalan pergi dan meninggalkan Ha Ni yang kebingungan.
Ha Ni dan Seung Jo sedang ada di dalam mobil. Seung Jo berkata, “Aku katakan padamu sekarang. Bahkan setelah menikahimu aku mungkin tidak akan sanggup melihatmu. Aku tidak dapat menyesuaikan diri denganmu.” Ha Ni bertanya, “Kapan kau pernah seperti itu?” Seung Jo berkomentar, “Benar-benar… Ini semua karena Ibuku.” Ha Ni berkata, “Ini bukan karena Ibu! Kalau begitu kenapa kau ingin menikahiku?” Seung Jo berkomentar, “Yeah. Aku menyesal kenapa pernah mengatakan hal itu. Aku pikir kita harus memikirkan kembali hal ini.” Ha Ni benar-benar kecewa mendengar kata-kata Seung Jo.
Ha Ni menceritakan semua ini pada Joo Ri dan Min Ah yang kaget mendengarnya. Joo Ri bertanya, “Benarkah? Jadi kau bahkan belum mendapatkan gaunmu?” Ha Ni menjawab, “Ya. Bahkan kita tidak berbicara di rumah. Jika kita bertemu, maka dia akan menghindariku.” Min Ah bertanya, “Apa? Padahal tinggal beberapa hari lagi waktu pernikahanmu itu.” Ha Ni berkata, “Dia bilang padaku bahwa dia menyesal karena telah memintaku menikah dan ingin memikirkan hal ini lagi.”
Min Ah mencoba menenangkan Ha Ni dengan berkata, “Kau kan tau kalau Baek Seung Jo itu memang dingin. Bahkan jika dia berbicara seperti itu, itu bukan maksud yang ingin dia katakan.”
Papah sedang ada di Restaurant sambil membaca buku. Seung Jo datang ke Restaurant dan bertanya, “Buku apa yang anda baca?” Papah menjawab, “Buku mengenai nasihat ayah pada anak perempuannya. Apa yang membuatmu datang pada jam segini?” Seung Jo terlihat kebingungan dan berkata, “Hmm ada sesuatu yang ingin aku bicarakan denganmu.”
Ibu Seung Jo membuka bungkusan cangkir dan Ha Ni terlihat lesu. Ibu Seung Jo bertanya, “Kenapa calon pengantin terlihat begitu lesu? Apa Seung Jo bertingkah menyebalkan?” Ha Ni menjawab, “Ah tidak-tidak. Hey cangkir ini terlihat cantik.”
HP Ha Ni berbunyi dan itu telfon dari Papah. Papah bertanya, “Ha Ni… Kau sedang apa? Kalau begitu datanglah kemari.” Ha Ni kebingungan dan balik bertanya, “Sekarang? Kenapa? Apa terjadi sesuatu? Kencan? Ah baiklah aku akan segera kesana.”
Ha Ni datang ke Restaurant dan menemui Papah yang berdiri di luar. Ha Ni melihat kedalam Restaurant dan kaget saat melihat ada Seung Jo di dalam Restaurant.
Mereka bertiga pun pergi ke suatu tempat dengan mobil Seung Jo. Ha Ni bertanya, “Kita akan pergi kemana?” Seung Jo hanya menjawab, “Kau akan mengetahuinya begitu kita sampai.”
Dan ternyata mereka bertiga pergi ke sebuah tempat pemakaman. Seung Jo meletakan bunga di sebuah makam dan Papah berkata pada Ha Ni, “Seung Jo ingin bertemu dengan Nenek dan Ibumu. Aku terlalu sibuk sehingga lupa akan hal ini.” Ha Ni hanya bisa terdiam.
Seung Jo lalu berkata, “Senang bertemu denganmu Ibu. Nenek… Cucu menantumu ada disini. Apa kau menyukaiku? Aku khawatir karena Ha Ni sudah tidak mendengarkanku lagi. Tapi kamu tidak perlu khawatir karena aku akan menjaganya.” Ha Ni bergumam pelan, “Aku benci….” Seung Jo mendengar kata-kata itu dan bertanya, “Benci?” Ha Ni menggeleng dan menjawab, “Aku suka… Terima kasih. Ibu… Nenek… Aku akan menikah.” Seung Jo dan Ha Ni tersenyum sementara Papah terlihat sedih.
Mereka berdua lalu berjalan bersama-sama. Seung Jo berkata, “Kyung Soo akan menjadi pembawa acara karena EO pernikahan kita tidka menyediakan pembawa acara.” Ha Ni bertanya, “Lalu bagaimana dengan rencana bulan madu kita? Kemana kita akan berbulan madu?” Seung Jo berkomentar, “Hmm bulan madu? Apa kita harus melakukannya? Kita tidak memiliki banyak waktu.” Ha Ni kesal dan berkata, “Huh lagi-lagi kau menolak.” Seung Jo pun berkata, “Baik baik… Kemana? Kamu mau pergi kemana?” Ha Ni menjawab, “Hmm Italy? Rome?” Seung Jo berkomentar, “Rome? Dalam mimpimu saja!”
Ha Ni berkata, “Aku bercanda. Walaupun tidak pergi jauh tapi aku harap kita pergi ke sebauah pulau.” Seung Jo berkomentar, “Baiklah. Bagaimana jika Pulau Yeo Eui Do? kenapa? Bukankah itu salah satu pulau yang indah? Atau Pulau Bam? Ah ya baiklah Pulau Ddook?” Ha Ni jelas tidak setuju karena itu Pulau-pulau dekat yang ada di sekitar sungai Han. Seung Jo pun berkata, “Baiklah kita tentukan dengan permainan di HP ini. Jika gambar yang keluar 3 kali sama maka kita akan pergi ke tempat yang kau inginkan. Bagaimana?” Ha Ni berkomentar, “Baiklah. Tapi itu kemungkinannya sangat kecil.” Seung Jo langsung memulai permainan di HP dan ternyata gambar yang keluar itu sama dan tentu saja Ha Ni sangat senang karena dia yang akan memutuskan bulan madu mereka itu ke Pulau Jeju. Seung Jo juga diam-diam ikut tersenyum senang.
Joo Ri dan Min Ah menginap di rumah Seung Jo karena besok adalah hari pernikahan Ha Ni. Joo Ri bertanya, “Bagaimana perasaanmu? Besok hari pernikahanmu.” Ha Ni menjawab, “Entahlah. Aku belum merasakan perasaaan deg degan itu.”
Joo Ri dan Min Ah saling menatap lalu mengeluarkan sebuah kotak hadiah untuk Ha Ni. Ha Ni membuka hadiah iu dan ternyata hadiahnya adalah pakaian dalam, baju tidur dan juga parfume. Joo Ri berkata, “Kami membeli ini di internet. Mereka bilang bahwa hadiah yang cocok untuk pasangan yang akan bulan madu itu adalah pakaian dalam dan pakaian tidur.” Ha Ni langsung tersenyum malu-malu.
Joo Ri berkata, “Kau harus mandi dahulu. Lalu kau pakai pakaian dalam ini dan semprotkan sedikit parfume ini.” Min Ah berkomentar, “Dan kau juga harus memakai make up yang bagus.” Joo Ri berkata, “Ah ya saat kau mandi kau dilarang bernyanyi.” Ha Ni kebingungan dan bertanya, “Hmm kenapa?” Min Ah menjawab, “Karena laki-laki akan menganggap kau lebih kuat.” Semuanya tertawa dan Joo Ri tiba-tiba bertanya, “Hey bagaimana ciuman Baek Seung Jo? Apakah dia pandai melakukan hal itu?” Ha Ni semakin malu saat di tanya seperti itu.
Di ruang keluarga, Papah Ha Ni memberikan satu set perlengkapan makan. Ibu Sueng Jo bertanya, “Apa ini?” Papah menjawab, “Aku dengar jika aku tidak melakukan apa-apa maka setidaknya aku perlu memberikan ini. Ah ya aku juga membeli satu set selimut. Itu ada di kamar tapi aku tidak tahu apakah kau suka atau tidak.” Bapa Seung Jo berkomentar, “Besan, kau sungguh baik sekali pada kami.” Papah tersenyum dan berkata, “Ya. Besan semoga kau juga baik padaku ya.”
Eun Jo bertanya, “Kak, apakah kau sudah tidur?” Seung Jo menjawab, “Belum.” Eun Jo kembali bertanya, “Jadi kau akan menikah dengan Oh Ha Ni?” Seung Jo menjawab, “Sepertinya begitu. Kenapa? Kau tidak menyukainya?” Eun Jo berkomentar, “Tentu saja. Oh Ha Ni itu bodoh dan aneh. Tidak epduli apapun pokoknya dia itu bodoh! Dia tidak bisa berenang tapi mencoba menyelamatkanku. Meskipun kau kejam padanya tapi dia tetap menyukaimu. Suatu saat aku akan menikahi wanita yang lebih pintar dari Oh Ha Ni dan lebih cantik dari dia. Tapi aku mendukungmu menikah dengan Oh Ha Ni karena aku menyukaimu. Tapi sejujurnya… Aku rasa benar jika kepribadianmu itu memiliki banyak masalah dan aku pikir kau memang harus menikahi orang seperti Oh Ha Ni. Kau melakukan hal yang benar. Selamat!” Seung Jo tersenyum mendengar hal itu.
Ternyata malam-malam Joon Gu datang ke rumah Seung Jo dan hanya melihatnya dari jauh. Joon Gu berkata, “Ha Ni… Aku sangat senang sekarang ini karena mungkin kau juga sangat bahagia. Saat kau bahagia maka aku juga akan bahagia. Selamat Oh Ha Ni. Mimpi indah dan sampai jumpa besok.”
Ha Ni selesai mandi dan dia masuk ke kamarnya dan melihat Joo Ri dan Min Ah sudah tertidur. Ha Ni berkomentar, “Huh mereka bilang ingon mengobrol denganku semalaman tapi ternyata mereka tidur terlebih dahulu.” Ha Ni menyelimuti mereka dan pergi keluar kamar.
Papah sedang minum di dapur dan Ha Ni datang menghampirinya. Papah bertanya, “Kenapa kau belum tertidur?” Ha Ni menjawab, “Aku tidak bisa tidur. Bagaimana denganmu?” Papah menjawab, “Hmm ya aku juga tidka bisa tidur.” Ha Ni menggenggam tangan Papah dan berkata, “Pah… Terima kasih karena telah membesarkanku sebaik ini.”
Ha Ni terlihat ingin menangis dan Papah pun berkata, “Jangan menangis, Matamu bisa bengkak. Jika matamu bengkak maka orang-orang akan bilang bahwa pengantin wanitanya tidak cantik. Sudah jangan menangis. Kenapa kau menangis di hari bahagiamu? Papah akan tersenyum jadi kau juga harus tersenyum, ok? Anak tunggal dari Papah yang seorang duda ini jika dia menangis di hari perikahannya maka hari akan hujan.” Ha Ni tersenyum dan berkata, “Baiklah… Aku akan tersenyum.”
Ha Ni lalu berkata, “Pah? Apakah kau mau berlatih untuk besok?” Papah dan Ha Ni berdiri bersama dan latihan berjalan untuk hari pernikahan Ha Ni. Papah sangat gugup dan Ha Ni terus memeluk lengan Papah.
Hari pernikahan akhirnya tiba…. Seung Jo dan keluarganya berdiri di depan aula gedung pernikahan untuk menyambut para tamu yang datang. Sementara pengantin wanita yaitu Ha Ni sedang menunggu di suatu ruangan khusus.
Ha Ni berkumpul bersama teman-temannya dan berfoto bersama. Pintu ruangan terbuka dan datanglah Guru Kang Yi bersama Guru Ji Oh (Ingat mereka? Guru Kang Yi itu wali kelas Ha Ni dan guru Ji Oh wali kelas Seung Jo.) Guru Kang Yi memberikan selamat pada Ha Ni yang akan menikah. Ha Ni melihat Guru Kang Yi yang sedang hamil dan bertanya, “Guru… kau sedang hamil?” Guru Kang Yi tersenyum malu-malu dan menunjuk Guru Ji Oh.
Guru Kang Yi lalu berkata, “Ha Ni kau sungguh hebat karena bisa menikah dengan Baek Seung Jo!” Ha Ni tersenyum malu-malu. Guru Ji Oh lalu mengajak Guru Kang Yi untuk keluar dari ruangan khusus pengantin wanita itu. Joo Ri berkomentar, “Ha Ni kau lihat itu? Suatu saat nanti kau juga akan hamil seperti itu.”
Pintu ruangan khusus pengantin terbuka dan He Ra datang masuk. He Ra melihat Ha Ni dan berkomentar, “Kau cantik.” Ha Ni balas berkata, “Hmm kau juga.” He Ra tersenyum lalu berkata, “Aku senang karena itu adalah kamu. Hmm maksudku ya aku senang karena Seung Jo memilihmu, bukan aku. Inilah sebabnya aku menyukainya. Baek Seung Jo memiliki selera yang bagus dalam masalah perempuan. Berbahagialah, jadi aku iri pada kalian dan ingin segera menikah juga.” Ha Ni berkata, “Baiklah aku akan bekerja keras.” He Ra berkomentar, “Jangan. Kau itu sudah sabar dan sangat gigih, jika kau bekerja keras juga maka semuanya akan mati.”
Mereka berdua tersenyum lalu He Ra berkata, “Selamat.” Ha Ni balas tersenyum dan berkata, “Terima kasih banyak.”
Seung Jo sedang menerima ucapan selamat dari teman-temannya dan datanglah Joon Gu. Joon Gu berkomentar, “Sepertinya kau bahagia. Kau tersenyum sangat lebar. Hingga mulutmu itu terlihat seperti akan robek.” Seung Jo hanya tersenyum dan berkata, “Kau tampan.” Joon Gu berkata, “Tentu saja. Siapa tahu Ha Ni akan berubah pikiran setelah melihatku. Aku bisa berlari bersamanya.” Seung Jo hanya tersenyum.
Kyung Soo menjadi pembawa acara dan dia meminta agar para tamu undangan memasuki aula gedung karena acara akan segera di mulai. Ha Ni sangat gugup dan dia langsung menggenggam tangan Eun Jo. Eun Jo bertanya, “Apa kau gugup?” Ha Ni menganggukan kepalanya. Eun Jo berkomentar, “Jangan membuat kesalahan. Seperti menjatuhkan cincinmu atupun menginjak gaunmu sendiri dan terpeleset.” Ha Ni kesal dan berkata, “Hey jangan katakan seperti itu!”
Eun Jo tiba-tiba berkata, “Apa kau mau aku memberimu hadiah pernikahan?” Ha Ni menjawab, “Ya. Apa itu?” Eun Jo langsung membisikan sesuatu dan itu membuat Ha Ni sangat kaget mendengarnya.
Acara pernikahan di mulai. Ha Ni dan papah memasuki ruangan diiringi Min Ah dan Joo Ri yang menjadi pendamping mempelai wanita. Semua yang melihat mereka ikut senang dan Seung Jo juga terseyum saat melihat Ha Ni.
Kyung Soo berkata, “Karena tidak ada pendeta disini maka mereka sendiri yang akan berjanji. Silahkan…” Seung Jo membuka buku kecil lalu berkata, “Aku Baek Seung Jo akan menghormati dan mencintai Oh Ha Ni apapun yang terjadi. Akan saling peduli, akan menjadi suami yang baik untuknya. Aku berjanji.” Ha Ni lalu berkata, “Aku Oh Ha Ni dengan suami Baek Seung akan saling mencintai dan peduli selamanya apapun yang terjadi. Aku berjanji akan menjadi istri yang baik untuknya.”
Lalu acara selanjutnya adalah sambutan dari Bapa Seung Jo. Bapa Seung Jo berkata, “Sebenarnya Ha Ni ini adalah anak dari teman lamaku. Saat SMP, aku tinggal di rumahnya dan ya keluarganya memperlakukanku dengan sangat baik. Ini seperti kembali ke masa itu. Aku selalu berfikir bahwa tidak ada orang yang akan seperti dia. Sahabat yang hebat ini kini menjadi besanku. Temanku… Terima kasih karena kau telah membesarkan putrimu ini dengan sangat baik dan menikahkannya dengan putraku.”
Giliran Papah yang memberikan sambutan. Papah berkata, “Aku terus memikirkan kata-kata apa yang harus aku katakan. Dan ya aku mengingat saat kehidupan pernikahan saya yang begitu singkat. Pada hari pernikahan kami, salju turun. Dan pada saat malam natal, kami makan mie yang tersisa dan saling mengucapkan selamat natal. Setelah 100 hari, Ha Ni lahir dan istriku meninggal. Aku hanya bisa memeluk Ha Ni dan menangis. Aku masih ingat akan hal itu. Itu mungkin bukan hal besar tapi ya menyenangkan. Ini mungkin karena kesulitan yang di tanggung bersama-sama. Nenek sering sekali memanggil Ha Ni sebagai siput tapi walaupun begitu dia tahu jalan mana yang akan dia tempuh dan dia akan melewatinya dengan tersenyum. Saya selalu sedih dan menyesal akan kesendiriannya tapi mulai hari ini akan ada laki-laki tampan dan yang sayang padanya. Hatiku pun kini menjadi tenang dan yakin. Seung Jo… Terima kasih. Terulah bersama Ha Ni selamanya.”
Kyung Soo sebagai MC lalu berkata, “Saatnya acara tukar cincin.” Seung Jo mengambil cincin dan memasukannya ke jari tangan Ha Ni. dan giliran Ha Ni yang memasukan cincin ke jari tangan Seung Jo tapi cincin itu justru terjatuh dan membuat para tamu undangan tertawa. Bapa Seung Jo menemukan cincin itu dan memberikannya pada Ha Ni. Ha Ni meminta maaf dan memasukan cincin itu ke jari tangan Seung Jo.
Seung Jo berbisik pelan, “Dasar bodoh!” Ha Ni kesal dan berkata, “Huh jangan menggodaku Baek Seung Jo karena kau sebenarnya sangat menyukaiku sejak dulu!” Seung Jo kaget dan bertanya, “Apa? Apa maksudmu hah?” Ha Ni tersenyum dan menjawab, “Ciuman kedua itu. Itu bukan saat hujan bukan? Kau menciumku saat aku tertidur. Huh kekanak-kanakan sekali kau.” Seung Jo kesal dan langsung menatap Eun Jo yang sengaja memalingkan wajahnya.
Ha Ni berkata, “Setelah mealakukan itu kau begitu malu-malu.” Ha Ni tertawa lalu mencium Seung Jo secara tiba-tiba. Semua tamu undangan sangat kaget melihat itu namun mereka semua ikut tertawa. Kyung Soo berkomentar, “Wow pengantin wanitanya sungguh berani sekali.” Seung Jo kesal dan langsung melepaskan ciuman Ha Ni. Ha Ni tersenyum dan berkata, “Lihatlah dirimu sekarang ini.” Seung Jo terlihat malu dan semua tamu masih terus tertawa. Hanya Joon Gu lah yang terlihat sedih saat melihat itu.
Mereka pun memulai acara bulan madunya. Ha Ni dan Seung Jo mengendarai mobil dan melewati pinggir pantai. Ha Ni berkata, “Bisakah kita turun sebentar dan melihat pantainya? Ayolah….” Seung Jo menepikan mobilnya dan Ha Ni pun keluar untuk melihat laut yang begitu bersih dan masih berwarna biru. Ha Ni melihat ke mobil dan ternyata Seung Jo masih diam duduk di dalam mobil. Ha Ni menghampiri Seung Jo dan bertanya, “Kenapa? Apa kau masih marah karena kejadian di pesta pernikahan itu?” Seung Jo hanya menjawab, “Jika kau sudah selesai maka cepatlah kita pergi.”
Ternyata di pesta pernikahan itu ada hal yang membuat Seung Jo lebih malu lagi dari pada dicium Ha Ni secara mendadak. Ya Ibu Seung Jo memperlihatkan foto-foto masa kecil Seung Jo yang di dandani seperti perempuan. Ha Ni dan para tamu undangannya tertawa melihat hal itu. Kyung Soo sendiri kebingungan saat melihat foto Seung Jo yang sangat imut itu. Eun Jo bertanya pada Ibunya, “Apakah itu Kakak?” Ibu Seung Jo tersenyum dan menjawab, “Ya. Itu kakakmu.”
Balik lagi ke pasangan yang sedang berbulan madu ini… Ha Ni berkata, “Ya aku tau Ibu mertua terlalu keterlaluan padahal aku yakin dia mengetahui bahwa kau tidak menyukai hal ini.” Seung Jo kesal dan langsung meninggalkan Ha Ni. Ha Ni kaget dan langsung mengejar mobil Seung Jo sambil terus berteriak, “Hey Baek Seung Jo!!!!”
He Ra sedang berjalan dan Kyung Soo diam-diam terus mengikutinya. He Ra kesal dan bertanya, “Kau sampai kapan mau terus mengikutiku hah?” Kyung Soo kaget dan menjawab, “Hmm aku… He Ra.. Apa kau lapar? Aku tau kalau kau belum makan. Apa aku harus membelikanmu makanan?”
Ha Ni dan Seung Jo jalan-jalan di tempat penginapan mereka. Ha Ni sangat senang sekali karena akhirnya bisa pergi bulan madu bersama Seung Jo. Lalu ada yang lewat di depan mereka, seorang laki-laki dan perempuan yang sepertinya mereka ini pasangan juga dna terlihat jelas kalau si perempuan selalu memarahi si laki-laki. Perempuan itu melihat Seung Jo dan Ha Ni lalu berkata, “Ah kalian disini? Apa kalian masih ingat kami? Kami tadi duduk bersebelahan pada saat di pesawat. Hey kau ternyata cukup tampan, aku tidak menyadarinya. Kau bisa menjadi aktor.” Ha Ni cemburu melihat perempuan itu memuji Seung Jo makanya dia langsung menggandeng Seung Jo dan mengajak Seung Jo langsung pergi.
He Ra dan Kyung Soo pergi ke Restaurant Hot Dog. He Ra berkomentar, “Hmmsepertinya kau begitu menyukai Hot Dog.” Kyung Soo bertanya, “Kenapa? Apa kau tidak menyukainya? Haruskah kita pindah ke Restaurant lain?” He Ra menjawab, “Tidak eprlu.” Kyung Soo mencoba membuat sebuah lelucon tapi justru itu malah membuat He Ra jadi pendiam.
Kyung Soo melihat sebuah poster yang bertuliskan, “Makan 30 Hot Dog dalam waktu 10 menit dan kau akan terbang ke New York untuk mengikuti perlombaan.” Kyung Soo menghampiri He Ra dan berkata, “Makan 30 hot dog dalam 10 menit hmm berarti 1 hot dog 20 detik? Ah aku pasti bisa melakukannya. Jika aku memenangkannya maka aku bisa membelikanmu barang mewah. Ah baiklah kita coba berlatih, aku akan memakan Hot Dog dan kau harus menghitung hingga 20.” He Ra tiba-tiba tertawa dan itu membuat Kyung Soo senang.
Kyung Soo berkata, “Wow kau tertawa,” He Ra langsung menghentikan tawanya dan kembali terdiam. Kyung Soo bertanya, “Apa kau tidak merasa sakit pada hari itu? Kau berlatih tennis sangat keras.” He Ra menjawab, “Ah tidak.” Kyung Soo berkata, “Hey kau itu berlatih tennis selama 4 jam. Itu sangat berat.” He Ra kebingungan dan bertanya, “Apa kau melihatku selama 4 jam itu?” Giliran Kyung Soo yang kebingungan dan mengalihkan pembicaraan, “Ah aku… Aku akan memakan hot dog ini.” He Ra tersenyum melihat hal itu.
Ha Ni melihat Seung Jo sedang duduk di kursi luar tempat penginapan dan dia pun menghampiri Seung Jo lalu berkata, “Hmm disini udaranya sangat bagus. Dan lagi pantai ada di depan kita. Benar-benar indah. Ah ya aku tau kalau aku tidak pandai dalam banyak hal tapi aku akan berusaha keras untuk menjadi istri yang baik.” Seung Jo diam saja dan Ha Ni pun menyenderkan kepalanya di bahu Seung Jo. Ha Ni malu-malu dan berkata dala hati, “Oh my… Apa yang harus aku lakukan?” Tiba-tiba datang pasangan yang tadi dan berkata, “Kamar kalian disini? Kamar kami ada di sebelah sana. Wow ini takdir….”
Ha Ni dan Seung Jo mendatangi petugas hotel untuk melihat beberapa program yang di sediakan oleh hotel. Ha Ni bertanya, “Acara lilin? Apa ini?” Petugas hotel menjelaskan, “Ah ini… Ini adalah program yang paling sering di pilih oleh pasangan yang sedang berbulan madu. Dan kami juga ada program makan malam dengan anggur. Bagaimana?” Ha Ni berkata, “Wow bagus sekali. Bagaimana Sueng Jo?” Seung Jo berkata, “Baiklah kita akan mengambil program itu.” Ha Ni tersenyum senang.
Petugas hotel lalu berkata, “Ah baiklah anda hanya perlu datang ke Restaurant disana. Dan ada juga pasangan yang memesan program ini.” Ha Ni bertanya, “Hmma ada pasangan berbulan madu lainnya?”
Ternyata pasangan yang akan makan malam bersama itu adalah pasangan yang tadi siang bertemu dengan Seung Jo dan Ha Ni. Perempuan itu berkata, “Wow aku kira program ini akan sangat membosankan tapi ternyata sangat romantis. Huh kita ini benar-benar ditakdirkan sepertinya. Ah ya berapa usia kalian? Kalian terlihat masih sangat muda.” Ha Ni menjawab, “Kami 21 tahun.” Perempuan itu berkata, “Wow sama sepertiku. Tapi kalian sepertinya terlalu cepat… Apakah pernikahan paksa?” Ha Ni kesal mendengar kata-kata itu.
Perempuan itu lalu berkata, “Usiaku dan pasanganku beda 11 tahun. Bukankah terlihat jelas?” Seung Jo menuangkan minuman pada laki-laki itu dan si perempuan berkata, “Wow kau baik sekali menuangkan minuman untuknya. Ah karena usia kita sama, haruskah kita berbicara informal?” Seung Jo berkata, “Terserah kau saja.” Ha Ni kesal dan langsung meminum anggurnya dengan terburu-buru. Si perempuan mengejek Ha Ni dengan berkata, “Hey apakah kau berniat meminumnya dengan satu kali teguk?” Ha Ni berkata, “Huh aku tidak begitu tau cara meminum anggur.” Seung Jo diam saja melihat Ha Ni.
Ha Ni dan Seung Jo pergi jalan-jalan dengan mobil dan Ha Ni terasa sangat mual sehingga Seung Jo menepikan mobil. Seung Jo berkata, “Apa kau baik-baik saja?” Ha Ni menjawab, “Ya.”
Joon Gu mengantarkan pesanan mie pada wanita asing yang waktu itu datang ke Restaurant dan ternyata nama waniat itu adalah Christine. Christine meminta Joon Gu membawakan dia garpuh namun Joon Gu jutsru memarahinya dan bilang bahwa Christine harus memakan menggunakan sumpit jika di Korea. JoonGu terus mengajarkan Christine cara memegang sumpit yang benar. Diam-diam Papah Ha Ni tersenyum melihat Joon Gu yang dekat dengan Christine.
Seung Jo dan Ha Ni pergi berjalan-jalan bersama dan Seung Jo yang menjelaskan banyak hal tentang tempat yang mereka datangi. Pasangan itu datang ke tempat itu juga dan seperti biasa si Perempuan menganggu acara Ha Ni dan Seung Jo. Perempuan itu menggandeng Seung Jo dan meminta Seung Jo untuk menjelaskan banyak hal tentang gedung museum yang mereka datangi. Ha Ni sangat kesal melihat itu namun dia diam saja dan berjalan di belakang.
Ha Ni tiba-tiba berkata pada si laki-laki, “Kau sebagai suami harusnya menjaga istrimu itu!” Laki-laki itu berkata, “Aku juga sebenarnya khawatir. Aki pikir Seung Jo terus mengejar istriku.” Ha Ni kesal dan berkata, “Seung Jo? Istrimu lah yang terus mengejarnya!” Si laki-laki berkata, “Ah tidak istriku tidak seperti itu. Dia itu sangat baik dan ramah. Bahkan aku pikir dia itu terlalu baik untukku ini.”
Perempuan itu terus mengikuti Seung Jo dan dia berkata, “Hey lihatlah mereka terlihat sangat serasi sekali bukan?” Seung Jo melihat Ha Ni yang sedang berbicara dengan laki-laki itu dan dia diam saja. Si perempuan itu memeluk tangan Seung Jo dan meminta Seung Jo mengajaknya untuk berjalan-jalan ke museum lagi. Tiba-tiba ada perempuan asing yang menabrak mereka berdua dan itu membuat si perempuan kesal. Dan tentu saja yang menabrak itu adalah Ibu Seung jo yang diam-diam mengikuti mereka.
Ha Ni dan Seung Jo mendatangi tempat oleh-oleh dan Ha Ni melihat sebuah maianan dan berkata, “Haruskah kita membeli ini untuk Eun Jo?” Seung Jo melihat ada seorang anak laki-laki yang berambut coklat dan dia berkata, “Tidak perlu.” Dan ya anak laki-laki berambut coklat itu adalah Eun Jo!
Mereka sudah selesai berjalan-jalan dan kembali ke hotel. Ha Ni berkata, “Wow kita sudah mengunjungi banyak museum hari ini. Apakah kau tidak lelah? Kau bahkan menyetir juga.” Seung Jo berkata, “Ah tidak. Kau apa mau mandi duluan?” Ha Ni panik dan menjawab, “Hmm haruskah aku duluan?” Ha Ni tersenyum dan menyiapkan dalaman yang akan dia pakai dan dia terus berfikir, “Ya ampun apa yang harus aku lakukan sekarang ini?”
Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamar dan Seung Jo pun membukakan pintunya. Ternyata yang datang adalah pasangan itu lagi. Si perempuan berkata, “Ayo kita minum anggur ini bersama-sama.” Ha Ni jelas sangat kesal karena hal itu. dan sepertinya Seung Jo juga tidak suka akan hal itu.
Besok paginya mereka berdua pergi sarapan. Ha Ni kesal dan berkata, “Ii hari terakhir kita disini tapi kita bahkan tidka punya foto bersama-sama.” Seung Jo tersenyum dan berkomentar, “Jangan khawatir. ” Ha Ni bertanya, “Kenapa?” Seung Jo diam saja tidak menjawab. (Mungkin maksud Seung Jo jangan khawatir itu karena dia tau kalau Ibunya pasti akan memotret banyak foto mereka.)
Ha Ni berkata, “Huh bahkan kita tidak memiliki waktu berdua saja. Jadi kita akan pergi berdua saja, ok?” Seung Jo tersenyum dan berkata, “Ya baiklah.” Ha Ni pun ikut tersenyum senang.
Ha Ni bersiap-siap untuk jalan-jalan di dalam kamar dan tiba-tiba ada yang mengetuk pintu. Seung Jo membuka pintu dan si laki-laki itu lah yang ternyata mengetuk pintu. Laki-laki itu datang ke kamar Seung Jo untuk meminta bantuan Seung Jo karena istrinya sedang kesakitan.
Seung Jo datang ke kamar pasangan itu dan memeriksa keadaan si perempuan. Ha Ni tidak suka melihat itu dan berkata dalam hati, “Kumohon jangan sentuh dia!” Si perempuan itu terlihat jelas pura-pura sakit dan memegang tangan Seung Jo lalu berkata, “Dadaku sakit.” Ha Ni langsung berkata, “Hentikan! Aku tidak suka kau menyentuh wanita lain!” Seung Jo berkata kejam, “Oh Ha Ni kau ini menikah dengan calon dokter. Bagaimana bisa kau cemburu pada orang yang sakit ini? Kau bahkan cemburu karena aku menyentuhnya? Apa kamu tidak merasa malu hah? Jika kau terus cemburu seperti ini maka kautidak bisa hidup bersamaku. Apa kau mengerti?” Ha Ni sedih mendengar hal itu dan langsung berlari pergi. Si laki-laki meminta Seung Jo mengejar Ha Ni namun Seung Jo tidak mengejarnya sheingga laki-laki itu yang pergi mengejar Ha Ni.
Si perempuan bangun lalu memegang tangan Seung Jo dan dia berkata, “Akhirnya tinggal kita berdua. Bukankah kau tidak menyukai Ha Ni? Bahkan kau tidak ingin menyentuhnya. Kasihan sekali kau. Kau seharusnya bertemu denganku sebelum bertemu dengan Ha Ni. Jika itu terjadi maka…”
Seung Jo tiba-tiba berdiri dan berkata, “Jika itu terjadi maka aku tidak akan menyukaimu! Aku tidak ada pilihan lain kecuali menghadapimu karena situasi ini. Kamu bahkan tidak sebanding dengan Ha Ni!” Si laki-laki itu datang ke kamar dan bilang bahwa dia tidka berhasil mengejar Ha Ni. Seung Jo pun pergi dari kamar itu.
Seung Jo melihat Ha Ni sedang duduk di kursi taman dan dia tersenyum lalu duduk di samping Ha Ni. Ha Ni kaget melihat Seung Jo dan dia langsung menggeser duduknya menjauh dari Seung Jo. Seung Jo berkata, “Aku pikir kau ingin bersamaku hari ini, tapi kenapa kau pergi sendiri? Apakah kau masih marah?” Ha Ni menjawab, “Coba kau ada di posisiku sekarang, kau juga pasti akan marah sepertiku!” Seung Jo berkata, “Tapi kau terlihat cantik jika tersenyum. Jika kau tersneyum maka aku merasa lebih baik.”
Ha Ni kaget mendnegar hal itu. Seung Jo menggelitik Ha Ni dan Ha Ni pun mulai tertawa ceria kembali.
Malamnya…. Ha Ni dan Seung Jo terlihat sama-sama gugup dan mereka duduk terdiam. Ha Ni berkata, “Maafkan aku. Aku bersikap bodoh dengan cemburu hanya karena hal itu” Seung Jo berkomentar, “Aneh! Kamu lucu kini ataupun nanti. Ada saat dimana kamu terlihat cantik. Tapi kenapa aku meyukaimu ya? Kamu tidak cantik dan lucu sekarang ini. Tapi kenapa aku selalu merindukanmu?”
Seung Jo tiba-tiba mendorong Ha Ni ke belakang dan menciumnya lalu Seung Jo menggendongnya dan membawa ke kamar. Ha Ni berkata, “Tunggu sebentar… ” Seung Jo kebingungan dan bertanya, “Ada apa?” Ha Ni menjawab, “Ada yang perlu aku periapkan. Ya sesuatu yang perempuan harus siapkan.” Seung Jo berkata, “Tidak perlu. Aku tidak bisa menunggu.”
Mereka sudah kembali ke rumah dari perjalanan bulan madunya. Ha Ni terbangun dan dia tersenyum senang saat melihat foto dia dan Seung Jo bersama. Tiba-tiba Ha Ni teringat sesuatu dan dia langsung berlari turun menuju dapur.
Ternyata di dapur Seung Jo, Eun Jo dan Ibu Seung Jo sudah berkumpul dan sarapan. Ibu Seung Jo berkata, “Ha Ni tidurlah kembali jika kau lelah.” Ha Ni berkata, “Maaf aku terlambat.” Seung Jo berkata, “Alarm berbunyi jam 5 pagi, aku pikir kau akan membuatkan sarapan pagi untukku.” Eun Jo berkomentar, “Kak seharusnya kau memikirkan kembali kata-katamu tadi.”
Ibu Seung Jo berkata, “Ha Ni ayo saparan bersama. Ah apa kau ingin mandi terlebih dahulu?” Ha Ni menjawab, “Ya aku akan mandi dahulu. Ah Seung Jo kau akan ke perpustakaan bukan? Aku akan cepat-cepat jadi kita bisa pergi bersama.” Ibu Seung Jo berkomentar, “Wow anakku menjadi dokter dan menantuku akan menjadi suster. Bagus sekali ini.” Ha Ni tersenyum dan berkata, “Tapi aku tidak bisa mendapatkan sertifkikat jika tidak masuk program ini. Jika tidak maka aku tidak akan mendapatkan keduanya.” Eun Jo berkomentar, “Hanya karena dia mengambil program ini maka belum tentu ini artinya dia akan lulus.” Ibu Seung Jo langsung memarahi Eun Jo dan bilang bahwa Ha Ni ini sekarang sudah menjadi kakak ipar Eun Jo.
Ibu Seung Jo lalu berkata, “Ah ya Seung Jo kau harus segera mendaftarkan pernikahan kalian ini. Aku tau kau sibuk tapi kau harus pergi bersama Ha Ni mendaftarkan pernikahan kalian berdua.” Seung Jo tiba-tiba berkata, “Tunggu. Aku masih ingin memikirkan hal ini.” Jelas semuanya kaget dan Ibu Seung Jo bertanya, “Apa maksudmu dengan berfikir hah? Apa ini kata-kata dari pasangan yang baru saja selesai berbulan madu bersama?” Seung Jo menjawab, “Kami melakukan pernikahan ini karenamu Ibu. Aku rasa ini terlalu terburu-buru.”
Ha Ni kebingungan dan bertanya, “Lalu apa yang harus aku lakukan hah?” Seung Jo menjawab, “Kau harus mengubar jurusanmu itu menjadi jurusan perawat. Daftarlah terlebih dahulu lalu mengubah jurusanmu.” Ibu Seung Jo berkomentar, “Huh apa hubungannya ini dengan pernikahanmu hah?” Ha Ni berkata, “Tidak mau!” Seung Jo balik bertanya, “Kenapa?Apa kau tidak yakin? Bukankah kau memang ingin jadi perawat?” Ha Ni menjawab, “Bukan. Aku… Aku hanya berfikir mengenai kemungkinanku tidak bisa mendapatkan program itu.” Seung Jo berkomentar, “Huh sudah kuduga hal ini akan terjadi suatu saat nanti.”
Seung Jo langsung berjalan pergi dan dia diam-diam tersenyum. Sementara Ibu Seung jo dan Ha Ni terlihat kebingungan.
INFORMASI TERBARU
-
▼
2011
(86)
-
▼
Maret
(15)
- [Sinopsis] Playful Kiss episode 15 : Seung Jo meni...
- scene drama korea (part 1)
- artis indonesia yang mirip artis korea (I)
- 5 Jenis Perawatan Aneh Yang Dilakukan Selebriti
- Inilah daftar 366 ARtis & Mangaka Jepang yang Sela...
- best digital photos
- fast food advertising vs the truth
- beautiful landscape picture
- Tsunami Jepang menghantam 50 pulau
- Kilang Minyak Terbakar Paska Gempa 8,9 SR
- FOTO dan VIDEO: Kengerian Gempa dan Tsunami Jepang
- Cara Melihat Kecocokan Pasangan Dari Urutan Lahir
- Apa yang sebenarnya paling diinginkan wanita dari ...
- 5 kriteria Wanita yang di inginkan pria
- 8 jenis narkoba yang berguna di bidang kesehatan
-
▼
Maret
(15)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar