Memiliki kehidupan yang tidak sempurna bukanlah halangan bagi Lingga (Kinaryosih). Gadis 31 tahun itu tidak bisa melihat, namun Tuhan selalu memberi keadilan kepada umatnya. Ia diberi kelebihan dengan kepiawaiannya menghasilkan lukisan yang menarik perhatian.
Dari hasil lukisannya ia bisa membantu perekonomian keluarganya yang hanya tinggal dengan sang ayah dan kakak yang selalu menyayangi dirinya. Dari lukisannya pula ia akhirnya menemukan seorang kekasih yang selama ini ia tunggu-tunggu.
Adalah Bow (Alex Abbad), seorang fotografer yang akhirnya menjadikan Lingga sebagai kekasih. Semuanya berawal ketika ia diminta memoto prewedding untuk sahabatnya yang dilakukan di Danau Toba. Setiba di tanah Batak itu, Bow melihat sebuah lukisan yang menarik perhatiannya di sebuah hotel tempat ia menginap. Rasa penasaran dengan sosok sang pelukis pun menyelimuti Bow. Sampai akhirnya ia bertemu dengan Lingga, si gadis pelukis tersebut.
Namun kisah percintaan mereka tidak semulus yang diperkirakan. Ayah Lingga enggan menerima Bow sebagai kekasih anaknya. Sedangkan Bow sendiri masih memiliki hubungan dengan kekasihnya yang tinggal di Bali.
Dalam film yang digarap oleh 3 sutradara Bm Joe, Ginanti Rona Tembang Sari, dan Hendra ‘pay” ini menyuguhkan aroma kental suku Batak. Mulai dari bahasa yang dipakai (bahkan sampai ditranslate ke bahasa Indonesia), adat penikahan, alat musik, bahkan untuk melengkapi semuanya itu Anda akan dimanjakan dengan keindahan panorama Danau Toba.
Tidak sia-sia memasukkan unsur budaya batak dalam film Rokkap ini, pasalnya dengan kekhasan budaya itu film ini terasa sangat berbeda dan tentunya menambah rasa nasionalis kepada negara kita sendiri.
Tidak terlepas juga dengan kehadiran Kinaryosih yang memperkuat film produksi Promised Land Pictures ini. Dengan karakternya sebagai tuna netra, Kinar mampu memberi warna yang lain. Aktingnya cukup mumpuni dengan perannya yang menggambarkan seorang tuna netra yang selalu mengucapkan kata-kata puitisnya.
Begitu pula dengan Alex Abbad yang berperan sebagai fotografer, semakin membuktikan bahwa dirinya mampu memainkan karakternya yang berbeda. Anda akan melihat sisi lain dari Alex yang biasanya ‘membanyol’ berubah menjadi seorang fotografer yang kharismatik dan berwibawa.
Spoiler for trailernya:
Emak Ingin Naik Haji (2009)
Sutradara | Aditya Gumay |
---|---|
Produser | Putut Widjanarko Adenin Adlan |
Penulis | Adenin Adlan Aditya Gumay |
Pemeran | Aty Cancer Zein Reza Rahadian Didi Petet Niniek L. Karim Ayu Pratiwi Adenin Adlan Gagan Ramdhani Alexia Aswin Fabanyo Henidar Amroe Cut Memey Helsi Herlinda Dedi Maulana Genta Windi |
Musik oleh | Adam S. Permana |
Sinematografi | Gunung Nusa P |
Penyunting | Cesa David Luckmansyah Dhimas Adhi Putra |
Distributor | Mizan Productions dan Smaradhana Pro |
Durasi | 98 menit |
Negara | Indonesia |
Emak Ingin Naik Haji adalah film Indonesia yang dirilis pada 12 November 2009 dengan disutradarai oleh Aditya Gumay dan dibintangi oleh Aty Cancer Zein, Reza Rahadian, dan Didi Petet.
Film ini diangkat dari cerita pendek karangan Asma Nadia. Film ini juga menghadirkan penampilan khusus dari Jeffry Al Buchori
Sinopsis
Film ini bercerita tentang tokoh Emak, seorang wanita berusia lanjut yang sabar, tulus, dan penuh kebaikan hati, seperti umat Islam lainnya, sangat ingin menunaikan ibadah haji. Sayangnya, Emak tidak memiliki biaya untuk mewujudkan keinginannya. Kehidupan Emak sehari-hari hanya bergantung pada hasil jualan kue. Ada juga sedikit tambahan uang dari Zein, anaknya yang duda, penjual lukisan keliling. Walaupun Emak tahu bahwa pergi haji adalah salah satu hal yang mungkin sulit diraih, Emak tidak putus asa, dia tetap mengumpulkan rupiah demi rupiah untuk disetorkan ke tabungan haji di bank. Zein, yang melihat kegigihan Emak, berusaha dengan berbagai cara untuk dapat mewujudkan keinginan Emak. Tapi, keterbatasannya sebagai penjual lukisan keliling, serta masalah-masalah yang diwarisinya dari perkawinannya yang gagal, menyebabkan Zein hampir-hampir putus asa dan nekat. Sementara, tetangga Emak yang kaya raya sudah beberapa kali menunaikan haji, apalagi pergi umroh. Di tempat lain ada orang berniat menunaikan haji hanya untuk kepentingan politik.
Trailer Film Emak Ingin Naik Haji
---------------------------------------------------------------------------------------------
Perempuan Berkalung Sorban (2009)
Perempuan Berkalung Sorban | |
---|---|
Poster rilis bioskop | |
Sutradara | Hanung Bramantyo |
Produser | Chand Parwez Servia Hanung Bramantyo |
Penulis | Ginatri S. Noer Hanung Bramantyo Novel: Abidah El Khalieqy |
Pemeran | Revalina S. Temat Joshua Pandelaki Widyawati Oka Antara Reza Rahadian Ida Leman |
Musik oleh | Tya Subiakto |
Distributor | Starvision Plus |
Durasi | 129 menit |
Negara | Indonesia |
Perempuan Berkalung Sorban (internasional:Woman with a Turban) merupakan film drama romantis bertema Islam dari Indonesia yang dirilis pada tahun 2009 dan disutradarai oleh Hanung Bramantyo. Film ini dibintangi antara lain oleh Revalina S. Temat, Joshua Pandelaki, Nasya Abigail, Widyawati, Oka Antara, Reza Rahadian, dan Ida Leman. Film ini didistribusikan oleh Kharisma Starvision Plus dan mulai diputar secara perdana di bioskop Indonesia tanggal 15 Januari 2009.
Film ini dibuat berdasarkan novel berjudul sama tahun 2001 yang ditulis Abidah El Khalieqy, penulis wanita asal Jombang, Jawa Timur. Novel tersebut diadaptasikan menjadi sebuah naskah film oleh Ginatri S. Noer dan Hanung Bramantyo. Film ini menyajikan latar tradisi sebuah sekolah pesantren di Jawa Timur yang cenderung mempraktikkan tradisi konservatif terhadap wanita dan kehidupan modern. Dialog film ini dibawakan dalam bahasa Indonesia, bahasa Jawa, dan juga terkadang bahasa Arab yang sering digunakan di sekolah pesantren.
Daftar isi[sembunyikan] |
[sunting] Sinopsis
Film ini berkisah mengenai perjalanan hidup Anissa (Revalina S. Temat), seorang wanita berkarakter cerdas, berani dan berpendirian kuat. Anissa hidup dan dibesarkan dalam lingkungan dan tradisi Islam konservatif di keluarga Kyai yang mengelola sebuah pesantren kecil Salafiah putri Al-Huda di Jawa Timur, Indonesia. Dalam lingkungan dan tradisi konservatif tersebut, ilmu sejati dan benar hanyalah al-Qur’an, Hadist dan Sunnah, dan buku-buku modern dianggap sebagai ajaran menyimpang.
Dalam pesantren Salafiah putri Al-Huda diajarkan bagaimana menjadi seorang perempuan yang harus tunduk pada laki-laki, sehingga Anissa beranggapan bahwa ajaran Islam hanya membela laki-laki dan menempatkan perempuan dalam posisi sangat lemah dan tidak seimbang. Tapi protes Anissa selalu dianggap rengekan anak kecil. Hanya Khudori (Oka Antara), paman Anissa dari pihak Ibunya yang selalu menemani Anissa, menghibur sekaligus menyajikan ‘dunia’ yang lain bagi Anissa. Diam-diam Anissa menaruh hati pada Khudori. Tapi cinta itu tidak terbalas karena Khudori menyadari dirinya masih ada hubungan dekat dengan keluarga Kyai Hanan (Joshua Pandelaki), ayah Anissa, sekalipun bukan sedarah. Hal itu membuat Khudori selalu mencoba menghindari perasaannya pada Anissa. Sampai akhirnya Khudori melanjutkan sekolah ke Kairo, Mesir. Secara diam-diam Anissa yang mendaftarkan kuliah ke Yogyakarta, Indonesia, dan diterima. Namun Kyai Hanan tidak mengizinkannya dengan alasan bisa menimbulkan fitnah, ketika seorang perempuan belum menikah berada sendirian jauh dari orang tua. Namun Anissa bersikeras dan protes kepada ayahnya.
Akhirnya Anissa malah dinikahkan dengan Samsudin (Reza Rahadian), seorang anak Kyai dari pesantren Salaf besar di Jawa Timur. Sekalipun hati Anissa berontak, tapi pernikahan itu dilangsungkan juga. Kenyataannya Samsudin yang berperangai kasar dan ringan tangan menikah lagi dengan Kalsum (Francine Roosenda). Harapan untuk menjadi perempuan muslimah yang mandiri bagi Anissa seketika runtuh. Dalam kiprahnya itu, Anissa dipertemukan lagi dengan Khudori dan keduanya masih sama-sama mencintai. Film kemudian menceritakan perjalanan cinta Anissa dan Khudori dan juga perjuangan Anissa untuk membela hak-hak perempuan muslim di tengan rintangan keluarga pesantrennya yang konservatif. [1]
[sunting] Pemeran
- Revalina S. Temat sebagai Anissa
- Oka Antara sebagai Khudori
- Widyawati sebagai Nyai Muthmainnah
- Reza Rahadian sebagai Samsudin
- Joshua Pandelaki sebagai Kyai Hanan
- Leroy Osmani sebagai Kyai Ali
- Francine Roosenda sebagai Kalsum
- Nasya Abigail sebagai Anissa muda
- Aditya Arif sebagai Khudori muda
[sunting] Catatan produksi
Musik pengiring film ini dikomposisi dan ditata oleh Tya Subiakto dengan campuran banyak instrumen musik Indonesia dan juga instrumen asing. Lagu tema film ini berjudul Ketika Cinta ciptaan Opick yang dikomposisi ulang oleh Tya Subiakto bersama Siti Nurhaliza, penyanyi asal Malaysia dan dinyanyikan oleh Siti Nurhaliza.
Film ini juga menyelipkan referensi ke budaya populer Indonesia seperti adanya poster film Saur Sepuh IV: Titisan Darah Biru (1991) dan juga sastra Indonesia seperti novel Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer yang terbit tahun 1980 dan saat itu dilarang oleh pemerintah Orde Baru.
[sunting] Kontroversi
Saat dirilis, film ini disambut dengan kontroversi di Indonesia karena dianggap melakukan kritikan kontra produktif atas tradisi Islam konservatif yang masih dipraktikkan dalam banyak pesantren di Indonesia saat film ini dirilis. Salah seorang dari pengurus Majelis Ulama Indonesia memberikan tanggapan berupa menyarankan supaya film ini ditarik dari edaran agar dirubah sebagaimana keinginannya. [2] Abidah El Khalieqy, penulis novel aslinya, dalam sebuah wawancara bersama kru film ini mengutarakan bahwa tema novel yang ditulisnya tersebut pada intinya adalah tentang pemberdayaan wanita.[3]
[sunting] Nominasi dan penghargaan
Perempuan Berkalung Sorban mendapatkan banyak nominasi dalam ajang film, diantaranya 7 nominasi FFI 2009 dan memenangkan satu untuk kategori Pemeran Pembantu Pria Terbaik untuk Reza Rahadian. Film ini juga mendapatkan 7 nominasi dalam Festival Film Bandung 2009.
Film ini juga mendapatkan 9 nominasi dalam Indonesian Movie Awards 2009 dan memenangkan empat kategori, semuanya untuk akting. Revalina S. Temat memenangkan Pemeran Utama Wanita Terfavorit, Joshua Pandelaki memenangkan Pemeran Pembantu Pria Terfavorit, dan Nasya Abigail memenangkan dua penghargaan sekaligus, Pemeran Pembantu Wanita Terbaik dan Pemeran Pembantu Wanita Terfavorit.
[sunting] Referensi
- ^ Perempuan Berkalung Sorban. situs 21 Cineplex.com. Diakses pada 4 Januari 2010.
- ^ BBC World: Film timbulkan kontroversi. 6 Februari 2009. Diakses pada 9 Februari 2009
- ^ "Kharisma Starvision Plus". 2009. "Di Balik Layar Perempuan Berkalung Sorban". Fitur rilis DVD.
Ayat Ayat Cinta (2008)
Sutradara | Hanung Bramantyo |
---|---|
Produser | Dhamoo Punjabi Manoj Punjabi |
Penulis | Habiburrahman El Shirazy Retna Ginatri S. Noor Salman Aristo |
Pemeran | Fedi Nuril Rianti Cartwright Carissa Putri Zaskia Adya Mecca Melanie Putria |
Musik oleh | Melly Goeslaw Anto Hoed Rossa |
Distributor | MD Pictures |
Tanggal rilis | 28 Februari 2008 |
Durasi | 120 menit |
Negara | Indonesia |
Bahasa | Bahasa Indonesia |
Ayat-Ayat Cinta adalah sebuah film Indonesia karya Hanung Bramantyo yang dibintangi oleh Fedi Nuril, Rianti Cartwright, Carissa Putri, Zaskia Adya Mecca, dan Melanie Putria. Film ini merupakan film religi hasil adaptasi dari sebuah novel best seller karya Habiburrahman El Shirazy berjudul Ayat Ayat Cinta, dan melakukan penayangan perdana pada pertama tahun 2008. Walaupun kisah dalam film dan novel Ayat-Ayat Cinta berlatarkan kehidupan di Kairo, namun proses pengambilan gambar tidak dilakukan di kota itu.[1]
Daftar isi[sembunyikan] |
[sunting] Sinopsis
Ini adalah kisah cinta. Tapi bukan cuma sekedar kisah cinta yang biasa. Ini tentang bagaimana menghadapi turun-naiknya persoalan hidup dengan cara Islam. Fahri bin Abdillah adalah pelajar Indonesia yang berusaha menggapai gelar masternya di Al-Azhar. Berjibaku dengan panas-debu Mesir. Berkutat dengan berbagai macam target dan kesederhanaan hidup. Bertahan dengan menjadi penerjemah buku-buku agama. Semua target dijalani Fahri dengan penuh antusias kecuali satu: menikah.
Fahri adalah laki-laki taat yang begitu ‘lurus’. Dia tidak mengenal pacaran sebelum menikah. Dia kurang artikulatif saat berhadapan dengan makhluk bernama perempuan. Hanya ada sedikit perempuan yang dekat dengannya selama ini. Neneknya, Ibunya dan saudara perempuannya.
Pindah ke Mesir membuat hal itu berubah. Tersebutlah Maria Girgis. Tetangga satu flat yang beragama Kristen Koptik tapi mengagumi Al-Qur'an. Dan mengagumi Fahri. Kekaguman yang berubah menjadi cinta. Sayang, cinta Maria hanya tercurah dalam diari saja.
Lalu ada Nurul. Anak seorang kyai terkenal yang juga mengeruk ilmu di Al-Azhar. Sebenarnya Fahri menaruh hati pada gadis manis ini. Sayang rasa mindernya yang hanya anak keturunan petani membuatnya tidak pernah menunjukkan rasa apa pun pada Nurul. Sementara Nurul pun menjadi ragu dan selalu menebak-nebak.
Setelah itu ada Noura. Juga tetangga yang selalu disiksa Ayahnya sendiri. Fahri berempati penuh dengan Noura dan ingin menolongnya. Sayang hanya empati saja. Tidak lebih. Namun Noura yang mengharap lebih. Dan nantinya ini menjadi masalah besar ketika Noura menuduh Fahri memperkosanya.
Terakhir muncullah Aisha. Si mata indah yang menyihir Fahri. Sejak sebuah kejadian di metro, saat Fahri membela Islam dari tuduhan kolot dan kaku, Aisha jatuh cinta pada Fahri. Dan Fahri juga tidak bisa membohongi hatinya.
[sunting] Karakter
[sunting] Fahri bin Abdullah Shiddiq
Mahasiswa yang sedang menyelesaikan studi S2-nya di Universitas tertua di dunia, Al-Azhar. Seorang pemuda bersahaja yang memegang teguh prinsip hidup dan kehormatannya. Cerdas dan simpatik hingga membuat beberapa gadis jatuh hati. Dihadapkan pada kejutan-kejutan menarik atas pilihan hatinya. Peran Fahri dalam film ini dimainkan oleh Fedi Nuril.
[sunting] Aisha Greimas
Mahasiswi asing bercadar keturunan Jerman dan Turki, cerdas, cantik dan kaya raya. Latar belakang keluarganya yang berliku mempertemukan dirinya dengan Fahri. Dalam film ini, Aisha diperankan oleh Rianti Cartwright.
[sunting] Maria Girgis
Gadis Kristen Koptik yang jatuh cinta pada Islam. Ia sangat mencintai Fahri, namun cintanya hanya diungkapkannya lewat diarinya yang selanjutnya membuat dia menderita karena cinta itu. Tokoh Maria diperankan oleh Carissa Puteri.
[sunting] Noura Bahadur
Siksa telah menjadi bagian dalam hidupnya. Janin yang dikandungnya menjadikannya terobsesi pada Fahri untuk menjadi ayah dari calon bayinya. Zaskia Adya Mecca memerankan tokoh Noura dalam film ini.
[sunting] Nurul binti Ja'far Abdur Razaq
Anak kyai besar di Jawa Timur. Dengan aura yang menenangkan, kecerdasan dan kualitasnya menyatukan segala kelebihannya, dia sangat percaya diri untuk meminang Fahri sebagai suaminya. Peran ini dimainkan oleh Melanie Putria.
[sunting] Album
OST Ayat Ayat Cinta | ||
---|---|---|
Album jalur suara oleh Rossa, Sherina, Ungu | ||
Terbit | 28 Februari 2008 | |
Direkam | 2008 | |
Genre | Pop | |
Label | Trinity Optima Production |
Original Soundtrack Ayat Ayat Cinta adalah album musik kompilasi yang dirilis 28 Februari 2008 oleh Trinity Optima Production. Album ini merupakan soundtrack dari film layar lebar berjudul sama, Ayat Ayat Cinta. Lagu-lagu bergenre pop ini, dinyanyikan oleh Rossa, Ungu, dan Sherina.
[sunting] Daftar lagu
No | Judul | Penyanyi | Penulis | Keterangan |
---|---|---|---|---|
1 | Ayat-Ayat Cinta | Rossa | Melly Goeslaw | |
2 | Jalan Cinta | Sherina | Sherina | |
3 | Takdir Cinta | Rossa | Melly Goeslaw | |
4 | Tercipta Untukku | Ungu & Rossa | ||
5 | Andai Ku Tahu | Ungu | Diambil dari album Surga-Mu | |
6 | Opening Scene | Musik pengiring | ||
7 | Letter From Noura | Musik pengiring | ||
8 | Thalaqi | Musik pengiring | ||
9 | The Basket | Musik pengiring | ||
10 | Ayat-Ayat Cinta | Musik pengiring | ||
11 | Jalan cinta | Musik pengiring | ||
12 | Takdir Cinta | Musik pengiring |
-----------------------------------------------------------------------------------------------
Denias, Senandung di Atas Awan (2006)
Poster Film Denias Senandung di Atas Awan | |
Sutradara | John de Rantau |
Produser | Nia Zulkarnaen Ari Sihasale |
Penulis | Jeremias Nyangoen Monty Tiwa |
Pemeran | Albert Thom Joshua Fakdawer Ari Sihasale Nia Zulkarnaen Marcella Zalianty Michael Jakarimilena Pevita Eileen Pearce Mathias Muchus Audrey Papilaya |
Musik oleh | Dian HP |
Sinematografi | Yudi Datau |
Penyunting | Andhy Pulung |
Distributor | Alenia Pictures |
Durasi | 110 menit |
Negara | Indonesia |
Denias, Senandung di Atas Awan adalah film yang disutradari oleh John de Rantau dan diproduksi pada tahun 2006, dibintangi antara lain oleh Albert Thom Joshua Fakdawer, Ari Sihasale, Nia Zulkarnaen dan Marcella Zalianty.
Film Denias, Senandung di Atas Awan berhasil masuk panitia seleksi Piala Oscar tahun 2008. Selain Denias, film Opera Jawa dan The Photograph juga sempat ingin diseleksi. Tapi akhirnya hanya Denias yang terpilih diseleksi utk kategori film asing.Denias Masuk Piala Oscar
Daftar isi[sembunyikan] |
[sunting] Sinopsis
Film ini menceritakan tentang perjuangan seorang anak suku pedalaman Papua yang bernama Denias untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Seluruh setting lokasi dilakukan di pulau Cendrawasih ini. Cerita dalam film ini merupakan adaptasi dari kisah nyata seorang anak Papua yang bernama Janias.
Sebuah film yang harus ditonton oleh mereka yang mengaku peduli dengan dunia pendidikan di Indonesia. Sebuah film yang dapat membuka pandangan kita tentang betapa pendidikan yang layak di negeri ini masih sangat mahal, masih sangat rumit dan masih banyak terjadi diskriminasi-diskriminasi yang tidak masuk akal.
Dalam film ini juga dapat kita lihat keindahan provinsi Papua yang berhasil direkam dengan begitu indahnya.
[sunting] Lokasi
Seluruh lokasi syuting bertempat di Papua.
Sebagian besar lokasi syuting bertempat di daerah kerja PT Freeport Indonesia sebuah perusahaan tambang asing yang bergerak di bidang pertambangan tembaga dan emas di Papua.
Lokasi perkampungan Denias mengambil tempat penyutingan di kawasan pegunungan Wamena.Rumah rumah yang dipakai untuk syuting merupakan rumah asli masyarakat setempat namun juga sebagian dibangun untuk kebutuhan syuting. Sebagian penduduk setempat juga berperan sebagai figuran.
Sedangkan untuk syuting sekolah Denias, semuanya bertempat di SD-SMP YPJ Kuala Kencana. Sebagian besar figuran dalam adegan sekolah di film ini merupakan siswa-siswi YPJ Kuala Kencana sementara beberapa guru tampil sebagai cameo.
YPJ Kuala Kencana merupakan satu dari dua sekolah dasar dan menengah pertama yang dikelola oleh Yayasan Pendidikan Jayawijaya, dan bernaung di bawah bimbingan PT.Freeport Indonesia.
Alasan dipilihnya sekolah ini karena salah satu pemeran sekaligus produser film ini (Ari Sihasale) merupakan alumnus dari sekolah YPJ yang lain, YPJ Tembagapura. Alasan kedua adalah karena Janias merupakan alumnus dari YPJ Tembagapura juga.
Tempat - tempat lain yang juga digunakan dalam film ini adalah kota Timika dan Kuala Kencana.
[sunting] Perbedaan Film dengan Kenyataan
- Di dalam film ibu gembala diperankan oleh seorang wanita (Marcella Zalianty). Dalam kejadian sebenarnya sang penolong Denias dalam memperjuangkan haknya bersekolah, adalah seorang pendeta/gembala pria.[1]
- Di dalam film Denias mengunjungi kakaknya di kampung bernama Banti. Banti digambarkan sebagai sebuah kampung dikelilingi oleh rerumputan hijau dan berada di tempat landai. Banti yang sebenarnya merupakan sebuah kampung di lereng perbukitan yang terjal dan dikelilingi oleh pepohonan tinggi.
- Di dalam film ibu gembala mengunjungi kakak Denias di kampung Banti dengan hanya berjalan beberapa meter menuju pintu kampung. Banti yang sebenarnya hanya dapat dijangkau setelah melewati sebuah jembatan gantung yang melintasi sebuah sungai besar.
- Di dalam film Denias dan Enos dapat menyusup dengan mudahnya ke kota dengan hanya bersembunyi di bak belakang mobil. Dalam keadaan sebenarnya petugas keamanan PT.Freeport Indonesia (lokasi dimana adegan ini diambil) melakukan pengawasan ekstra ketat termasuk mencek setiap bak belakang mobil bahkan dengan menggunakan detektor anti bom.
[sunting] Trivia
- Ketika Maleo harus meninggalkan lokasi perkampungan Denias tampak ia dijemput dengan helikopter Bell-412 Twin Pac. Tetapi ketika Denias berlari keluar berteriak memanggil Maleo, helikopter yang melintas pergi meninggalkan kampung Denias adalah Bolkow Bo-105. Kedua Helikopter ini adalah milik kesatuan Penerbad TNI-AD.
- Nama burung memang sering dipakai sebagai nama kesatuan tempur ABRI khususnya oleh kesatuan Komando Pasukan Khusus (Kopassus) saat beroperasi di Papua. Kesatuan Kopassus lain yang juga menggunakan nama burung dan pernah beroperasi di Papua adalah Tim Kasuari yang dipakai saat Operasi Pembebasan Sandera di Mapenduma tahun 1993.
- Melihat dari pola operasi yang digunakan dalam film, kemungkinan besar Maleo merupakan anggota Kopassus dari Kesatuan Grup 4 Sandi Yudha yang bermarkas di Cijantung, Jakarta Timur.
- Ronny Wabia yang berperan sebagai guru olahraga, adalah pemain sepak bola profesional yang pernah bermain untuk klub Persipura. Dia juga pernah memperkuat Tim Nasional Indonesia.
- Penolong dari Danias dalam kisah sebenarnya yaitu Pendeta Sam Koibur, muncul sebagai cameo dalam film ini.
[sunting] Kutipan yang Populer
- Denias:"mama, ko liat itu! Anjing dia besar sekali" (sambil menunjuk ke papan iklan bergambar sapi) Enos:"Bodok! itu bukan anjing, itu babi!"
- Kepala Suku: "kenapa ko bangun honai di atas sana, ko pu tana ka?"
- Noel: "bodok, bodok, itu pulau Bromo!"
[sunting] Pranala luar
[sunting] Catatan kaki
Movie Trailer-----------------------------------------------------------------------------------------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar