Rabu, 27 Oktober 2010

GUNUNG MERAPI MELETUS, TSUNAMI DI MENTAWAI







Merapi Meletus, Mentawai Tsunami
Puluhan Ribu Warga Jateng Mengungsi, di Sumbar 122 Meninggal dan 502 Hilang

SELAMATKAN DIRI. Warga Desa Kaliurang, Sleman, Yogyakarta, berlarian menghindari abu dan awan panas yang mulai keluar dari perut Gunung Merapi, Selasa, 26 Oktober. Puluhan ribu warga sudah diungsingkan karena bencana ini. (FOTO BEAWIHARTA/REUTERS)
KLATEN -- Dari laut ke gunung. Setelah gempa mengguncang wilayah Sumatera Barat (Sumbar) yang disusul tsunami hebat di daerah Mentawai, kemarin petang giliran Gunung Merapi yang meletus.
Akibat dari dua bencana berentetan itu, ribuan warga tiga kabupaten di Jawa Tengah; Klaten, Boyolali dan Magelang mengungsi. Seorang di antaranya, Ilham Azza, enam bulan, meninggal.

Sampai berita ini diturunkan pukul 00.30 Wita, korban tewas baru Azza seorang. Itu pun karena telat dievakuasi sehingga sesak napas. Berita terkait di halaman 10.
Sementara di Mentawai, dilaporkan sedikitnya 122 warga meninggal serta 502 dinyatakan hilang. Mereka diperkirakan tersapu tsunami yang melanda daerah itu dua jam setelah gempa mengguncang.

Tanda-tanda meletusnya Merapi mulai terdeteksi sejak pukul 17.05 WIB. Selanjutnya, sekira sepuluh menit berselang, hujan abu dan luncuran awan panas dari perut Gunung Merapi, mulai menebar maut. Awan panas merupakan salah satu ancaman terbesar dari Merapi selain lontaran material vulkanik.

Awan panas pertama kali meluncur ke arah selatan. Munculnya awan panas membuat warga yang tinggal di kawasan rawan bencana langsung kalang kabut.

Informasi yang berhasil dihimpun Radar Solo (Group FAJAR), sebelum awan panas meluncur dari puncak, di sekitar lereng Merapi hujan deras dan langit tertutup mendung. Makanya saat awan tersebut keluar dan meluncur ke arah selatan, tidak banyak yang tahu.

"Karena mendung, tadi sulit melihat secara pasti besaran awan yang keluar dari puncak Gunung Merapi. Yang jelas mengarah ke selatan. Kemungkinan ke Kali Gendol, Yogyakarta dan Kali Woro, Klaten," ujar penasihat Paguyuban Sabuk Gunung (Pasag) Merapi, Sukiman.

Selain awan panas, dari perut Merapi juga terus terdengar suara bergemuruh. Suara tersebut dipicu adanya guguran materi vulkanik akibat tekanan dari magma bumi sehingga terjadi longsor besar.

"Suaranya terdengar jelas di sekitar Pos Pemantau di Dusun Ndeles, Desa Sidorejo. Kami sudah mulai mengevakuasi warga yang sebelumnya hanya tenang dan berdiam diri di rumah. Mereka sudah mulai bergerak ke pos pengungsian," tambah Sukiman.

Dari Boyolali dilaporkan, tanda-tanda meletusnya Merapi terlihat sangat jelas. Maklum, di daerah ini cuaca cukup cerah sehingga asap tebal kecokelatan sudah mulai tampak di puncak Merapi.

Di bagian puncak Merapi, sepanjang siang kemarin terus mengeluarkan asap pekat. "Pengamatan kami memang asap pekat sebagai tanda magma sudah naik," kata Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta, Subandriyo, di Boyolali kemarin.

Hasil pengamatan yang dihimpun BPPTK, magma semakin mendekat ke kubah. Material panas pun juga sudah keluar dan disertai asap kecokelatan. Ini terlihat di Pos 2 Pengamatan Merapi Desa Jrakah, Kecamatan Selo.

"Muncul asap tebal kecokelatan. Ketinggiannya sekitar empat ratus meter," kata Tri Mujianto, petugas Pos 2 Pengamatan Merapi.

Warga Mengungsi

Meletusnya Gunung Merapi petang kemarin, membuat warga sekitar lereng bagian selatan, panik dan tunggang langgang. Mereka langsung bergerak menuju lokasi pengungsian menggunakan truk yang sudah disiapkan di setiap RT.

"Kita siapkan 20-an truk untuk mengangkut warga ke pos pengungsian. Keluarnya awan panas membuat warga di Dusun Ndeles sangat rentan terkena luka bakar," ungkapnya.

Kondisi serupa juga terjadi di Desa Balerante. Warga yang awalnya menolak dievakuasi, petang kemarin langsung geger. Tentu saja kondisi ini membuat perangkat desa dan Satkorlak PB harus bekerja ekstra mengangkut warga yang ketakutan.

"Kami sudah mulai bergerak ke Desa Bawukan (pos pengungsian). Banyak warga yang khawatir dengan munculnya awan panas tersebut," ujar Kepala Dusun I Desa Balerante, Zainu.
Bupati Klaten, Sunarna mengakui sedikitnya ada empat desa yang masuk wilayah rawan bencana di daerahnya. Keempat desa itu adalah Balerante, Sidorejo, Tegal Mulyo dan Kendalsari.

Dari keempat desa itu, tambah Sunarna, yang diungsikan mencapai 8.000 orang. Rinciannya, Sidorejo 3000 pengungsi, Tegal Mulyo 3.600 pengungsi, Balerante 1.230 pengungsi, dan sisanya dari Desa Kendalsari. "Sampai saat ini, proses evakuasi terus berjalan," kata Sunarna.

Soal posko pengungsian, Sunarna mengungkapkan, kebanyakan warga masih ditempatkan di gedung sekolah. Pasalnya, hujan deras masih mengguyur tiga desa yang merupakan posko pengungsian tersebut.

Dari Magelang dilaporkan, pemerintah setempat melakukan evakuasi besar-besaran di tengah hujan abu yang menyelimuti wilayah itu. Sampai berita ini diturunkan, proses evakuasi masih berlangsung. Maklum, jumlah warga yang harus diungsikan sangat banyak.

Sebagai gambaran, dari Kecamatan Srumbung yang terdapat delapan desa paling rawan bahaya Merapi tercatat 13.110 jiwa yang harus dievakuasi. Mereka diungsikan ke Balai Desa Gulon, Beringin, Srumbung, Jerukagung, Salam, gedung perikanan dan lapangan Srumbung.

Kemudian di Kecamatan Dukun yang terdapat delapan desa, tercatat 19.885 jiwa diungsikan. Di Kecamatan Sawangan juga tercatat 1.211 jiwa diungsikan dari lima dusun di tiga desa.

Semua penduduk di semua desa tersebut dievakuasi dengan menggunakan mobil pick up, truk, kendaraan pribadi dan roda dua milik warga. Selain kendaraan milik masyarakat, evakuasi ini meliputi kendaraan milik pemerintah daerah, TNI, dan Polri.

"Kita sudah membuat skema arah evakuasi, dan skema ini sudah dipahami oleh semua masyarakat, sehingga mereka langsung bisa tahu lari ke mana ketika kondisi seperti ini terjadi," ujar Kapolres Magelang AKBP Kif Aminanto malam tadi.

Semua warga memakai masker dan sebagian besar memakai penutup kepala seperti topi untuk melindungi diri dari debu vulkanik Merapi. Sementara jalan sendiri dipenuhi debu yang di beberapa titik bercampur genangan bekas air hujan, sehingga menjadi licin.

Tsunami Mentawai

Dari Sumbar dilaporkan, keputusan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geosifika (BMKG) mencabut peringatan tentang potensi tsunami dua jam setelah gempa mengguncang Senin malam 25 Oktober, ternyata keliru. Pasalnya, gempa berkekuatan 7,2 skala Richter (SR) yang mengguncang kawasan pantai Sumbar benar-benar memicu tsunami.

Gelombang laut setinggi enam meter menyapu wilayah Pagai Utara dan Pagai Selatan di Kabupaten Kepulauan Mentawai. Sedikitnya 40 warga Pagai Utara dan Selatan ditemukan tewas. Bahkan, laporan terbaru malam tadi menyebutkan, korban tewas akibat tsunami di Mentawai 122 orang. Selain itu, ratusan orang dilaporkan hilang.

Seperti dilaporkan Padang Ekspres (Group FAJAR), dua pulau (Pagai Utara dan Selatan) yang paling dekat dengan pusat gempa, semula dihuni ribuan warga. Saat gempa dan gelombang besar menyapu wilayah itu, sebagian warga mengungsi dan menyelamatkan diri ke daerah perbukitan.

Di Pagai Selatan, gelombang menyapu hingga 600 meter ke wilayah perkampungan penduduk. Seorang anak dilaporkan hanyut. Di Pagai Utara, gelombang air laut merendam seluruh rumah warga.
Sedikitnya tiga desa yang dihuni ratusan warga dilaporkan porak-poranda. Yakni, Desa Malakopa, Desa Mutai Baro-Baro, dan Desa Makaroni.

Di Desa Malakopa, tercatat seratus rumah warga hancur. Begitu juga, Desa Makaroni rata dengan tanah. Sementara di Desa Mutai Baro-Baro, seratus warga belum ditemukan.

Selain itu, di Silabo dan Muaro Takohapeha, 150 rumah warga hancur. Di Makaroni, 23 turis asing dinyatakan selamat dan sembilan lainnya hilang. Sebanyak 27 warga juga selamat di wilayah itu.
"Sementara warga bersama anggota Polri dan TNI menemukan 40 jenazah di beberapa lokasi.

Umumnya korban tewas itu ditemukan tersangkut. Tiga gereja dan dua masjid hancur," tutur Bupati Kepulauan Mentawai Edison Saleleau Baja, Selasa 26 Oktober.

Edison mengungkapkan, umumnya korban hilang adalah warga yang tinggal di pinggir pantai. Untuk mengecek dan menemukan warga yang tewas, telah didirikan posko bencana di Pulau Sikakap.
Pemkab Mentawai telah mengirimkan makanan dan obat-obatan dari Padang. Pemkab juga telah mendistribusikan pakaian dan selimut.

"Kami telah menganggarkan Rp1 miliar. Dana itu akan digunakan membeli makanan dan obat-obatan untuk warga," terang Edison.

Sebelumnya, BMKG menyatakan bahwa gempa mengguncang Sumbar pukul 21.45 Senin lalu. Pusat gempa berkekuatan 7,2 SR itu berada di sekitar perairan barat daya Pagai Selatan atau berjarak sekitar 78 km dari pantai Padang dan berada pada kedalaman 10 km. Setelah itu, terjadi dua kali gempa susulan berkekuatan 5,5 SR dan 5,0 SR dengan titik pusat hampir sama.

Menyusul gempa tersebut, BMKG mengeluarkan peringatan soal potensi terjadinya tsunami. Tetapi, berselang dua jam setelah gempa atau sekitar pukul 22.45, BMKG mencabut peringatan tersebut. (jpnn)
(http://metronews.fajar.co.id/read/108442/10/merapi-meletus-mentawai-tsunami)

------------------------------------------------------------------------------------------------

Mengenal Merapi Gunung Paling Aktif di Dunia

Mengenal Merapi Gunung Paling Aktif di Dunia
klaten.go.id
Gunung Merapi mulai mengeluarkan semburan awan panasnya, Selasa (26/10/2010). Ratusan warga di lereng Merapi telah dievakuasi.

Gunung Merapi memiliki ketinggian 2.968 m (9.737 kaki) di atas permukaan laut berada di koordinat 7°32'30" LS 110°26'30" BT perbatasan DIY dengan Jawa Tengah. Gunung ini menjadi daya tarik peneliti di dunia karena merupakan gunung paling aktif dan sering meletus. Tidak itu saja, tapi juga memiliki kekhasan tiap letusan yaitu menyemburkan awan wedhus gembel.

Gunung ini tergolong yang termuda dalam kumpulan gunung berapi di bagian selatan Pulau Jawa. Gunung ini terletak di zona subduksi, dimana Lempeng Indo-Australia terus bergerak ke bawah Lempeng Eurasia.

Letusan di daerah tersebut berlangsung sejak 400.000 tahun lalu, dan sampai 10.000 tahun lalu jenis letusannya adalah efusif. Setelah itu, letusannya menjadi eksplosif, dengan lava kental yang menimbulkan kubah-kubah lava.

Letusan-letusan kecil terjadi tiap 2-3 tahun, dan yang lebih besar sekitar 10-15 tahun sekali. Letusan-letusan Merapi yang dampaknya besar antara lain di tahun 1006, 1786, 1822, 1872, dan 1930.

Letusan besar pada tahun 1006 membuat seluruh bagian tengah Pulau Jawa diselubungi abu. Diperkirakan, letusan tersebut menyebabkan kerajaan Mataram Kuno harus berpindah ke Jawa Timur. Letusannya di tahun 1930 menghancurkan 13 desa dan menewaskan 1.400 orang.

Letusan pada November 1994 menghembuskan awan panas ke bawah hingga menjangkau beberapa desa dan memakan korban puluhan jiwa manusia. Letusan 19 Juli 1998 cukup besar namun mengarah ke atas sehingga tidak memakan korban jiwa. Catatan letusan terakhir gunung ini adalah pada tahun 2001-2003 berupa aktivitas tinggi yang berlangsung terus-menerus.

Gunung Merapi merupakan obyek pendakian yang populer, karena merupakan gunung yang sangat mempesona. Jalur pendakian yang paling umum dan dekat adalah melalui sisi utara dari Sèlo, satu kecamatan di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, yang terletak di antara Gunung Merapi dan Gunung Merbabu. Pendakian melalui Selo memakan waktu rata-rata 5 jam hingga ke puncak.

Jalur populer lain adalah melalui Kaliurang, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Yogyakarta di sisi selatan. Jalur ini lebih terjal dan memakan waktu sekitar 6-7 jam hingga ke puncak. Jalur alternatif yang lain adalah melalui sisi barat laut, dimulai dari Sawangan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah dan melalui sisi tenggara, dari arah Deles, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.

Pada 15 Mei 2006 Merapi meletus lagi. Lalu pada 4 Juni, dilaporkan bahwa aktivitas Gunung Merapi telah melampaui status awas. Kepala BPPTK Daerah Istimewa Yogyakarta, menjelaskan bahwa sekitar 2-4 Juni volume lava di kubah Merapi sudah mencapai 4 juta meter kubik - artinya lava telah memenuhi seluruh kapasitas kubah Merapi sehingga tambahan semburan lava terbaru akan langsung keluar dari kubah Merapi.

Tanggal 1 Juni 2006
, hujan abu vulkanik dari luncuran awan panas Gunung Merapi yang lebat terjadi di Kota Magelang dan Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Muntilan sekitar 14 kilometer dari Puncak Merapi, paling merasakan hujan abu ini.

8 Juni 2006, Gunung Merapi pada pukul 09:03 WIB meletus dengan semburan awan panas yang membuat ribuan warga di wilayah lereng Gunung Merapi panik dan berusaha melarikan diri ke tempat aman.

Semburan awan panas sejauh 5 km lebih mengarah ke hulu Kali Gendol (lereng selatan) dan menghanguskan sebagian kawasan hutan di utara Kaliadem di wilayah Kabupaten Sleman. Awan panas ini sering disebut wedhus gembel karena kepulan asap panas berbahaya itu mirip seperti bulu kambing gibas warna putih keabuan.

26 Oktober 2010 , Gunung Merapi memasuki tahap erupsi. Menurut laporan BPPTKA, letusan terjadi sekitar pukul 17.02 WIB. Sedikitnya terjadi hingga tiga kali letusan. Letusan diiringi keluarnya awan panas setinggi 1,5 meter yang mengarah ke Kaliadem, Kepuharjo. Letusan ini menyemburkan material vulkanik setinggi kurang lebih 1,5 km.

Hingga kini korban tewas dilaporkan 15 orang namun demikian jumlah ini akan terus bertambah seiring penemuan oleh tim dalam evakuasi korban. Letusan kali ini juga menyemburkan awan panas wedhus gembel yang bersuhu sekitar 600 derajat celcius.

Dilihat dari Boyolali, gunung Merapi dan Merbabu tampak seperti gunung kembar kiri kanan yang sering mengilhami pelukis atau anak anak saat belajar menggambar sebagaimana buku buku pelajaran terdahulu.

Bila pagi cerah, tampak indah pemandangan dua gunung ini dilihat dari Boyolali dengan menampakkan kelok kelok jurang dan bukit serta pepohonan hijau yang sungguh memukau. Hewan-hewan di gunung Merapi (aktif) dan Marbabu (tidak aktif) masih ada antara lain rusa, kancil, babi hutan, monyet, ayam hutan dan berbagai jenis burung.

Hewan hewan ini akan turun gunung ke desa-desa bila gunung akan meletus. Warga setempat sudah mengetahui tanda tanda alam ini karena tinggal di desa desa gunung sejak turun temurun. (berbagai sumber)

Tambah Gambar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...